MUI Jakarta Selatan

Pancasila Mengandung Nilai-Nilai Islam
Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram

Setiap tahunnya pada tanggal 1 Juni, masyarakat Indonesia memperingati hari lahirnya Pancasila sebagai ideologi negara. Namun, momentum ini belum menyentuh semua lapisan masyarakat untuk memperingati, memeriahkan, mengilhami maupun mengamalkan nilai nilai Pancasila.

Pancasila kerap hanya dijadikan sebagai simbol, atau identitas untuk agenda politik tanpa mengaplikasikan nilai-nilainya. Dalam kancah bingkai keindonesiaan, Pancasila merupakan wasathiyah yang memoderasi ekstrem kanan dan kiri. Dalam perspektif keagamaan, nilai-nilai yang terkandung pada Pancasila bersumber dari ajaran agama. Karena itulah mengamalkan Pancasila berarti mempraktekkan nilai luhur budaya bangsa dan agama.

Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Ahmad Zubaidi menyampaikan bahwa mereka yang menganggap Pancasila tidak sejalan dengan nilai-nilai Islam adalah kelompok yang berpikiran sempit. Menurutnya, jika dibahas secara komprehensif, maka dapat kita ketahui pancasila mengandung nilai-nilai Islam di dalamnya.

"Pada prinsipnya bahwa Pancasila sangat sesuai dengan agama Islam, karena tidak ada satupun norma yang terdapat dalam sila Pancasila yang bertentangan dengan Alquran maupun hadis yang menjadi pedoman kehidupan umat Islam," ucap KH Ahmad Zubaidi di Jakarta, Selasa (30/5/2023).

Meskipun disebutkan sila pertama adalah Ketuhanan yang Maha Esa, ini menunjukkan sebuah kedewasaan umat Islam dalam rangka membangun kebersamaan, mengingat Indonesia adalah bangsa yang majemuk, berbeda suku, agama dan ras. Semua itu, dipersatukan dengan Pancasila, jelas Kiai Zubaidi.

Ia mengungkapkan, dalam Alquran ada kalimat yang disebut dengan kalimatun sawa, titik temu. Bagaimana mencari persamaan atau persatuan, bukan memperdebatkan perbedaan. "Islam nggak ego, yang penting adalah poinnya esensinya didapatkan, bagaimana para pendahulu kita dalam memikirkan bangsa ini memperjuangkan bangsa ini. Mereka berpikir untuk semua bukan hanya berpikir untuk diri sendiri atau kelompoknya," ujar KH Ahmad Zubaidi.

Dalam sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, menurut KH Ahmad, Islam sangat menjunjung tinggi keadilan dan kemanusiaan. Saling menghargai, menghormati orang tua, mengajarkan adab, dan kesopanan. Teladan Nabi Muhammad SAW menjadi role model dalam berkehidupan sosial. Selain itu, Islam juga mengajarkan persatuan ukhuwah Islamiyah (saudara seiman), ukhwah watoniyah (saudara sebangsa), ukhwah basariah (saudara dalam kemanusiaan) yang dilandasi dalam Surat Al Hujurat ayat 13. Artinya Allah telah menciptakan manusia bersuku berbangsa-bangsa dan agar saling kenal.

Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini juga mengungkapkan bahwa Islam mengajarkan wasawirhum fil amri bermusawarahlah dengan mereka dalam suatu persoalan. Prinsipnya adalah mencari solusi, win-win solution karena wasathi, moderat di tengah-tengah mencari jalan tengah.

Oleh karena itu, MUI menyatakan pendapat bahwa Pancasila merupakan ideologi negara yang bisa dipedomani oleh semua warga bangsa termasuk umat Islam. Jadi, bagi umat Islam tidak ada alasan untuk tidak menerima Pancasila.

Ia menambahkan, dalam Islam konsep keadilan sangat dijunjung tinggi. Banyak ayat maupun hadits yang menyerukan agar saling berbuat baik kepada orang lain. Wataawanu alal birri wattaqwa wala taawanu alalismi wal udwan, tolong-menolonglah kamu dalam  kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan (Al Maidah: 2).

"Konsep zakat misalnya. Hal ini dilakukan dalam rangka memeratakan keadilan sosial dan ekonomi supaya  harta benda itu tidak hanya menumpuk pada orang-orang kaya saja tapi bisa menyebar ke seluruh umat manusia sehingga orang-orang miskin terbantu kehidupannya, ini jelas sangat sesuai dengan Islam,” ucap Kiai Zubaidi.

Menurut Kiai Zubaidi, tujuan syariat Islam yaitu maqosidus syariah, yakni membangun atau mewujudkan kemaslahatan di tengah kehidupan masyarakat. Jadi apapun yang dibangun dalam kehidupan, ujungnya adalah kemaslahatan. Seseorang yang punya ego tertentu, tapi tidak membangun kemaslahatan, berarti tidak sesuai dengan tujuan syariat.

Dengan Pancasila, masyarakat damai dan bersama, bertoleransi dan hidup indah, ibadah bebas sesuai dengan ajaran agamanya masing-masing. Itu adalah sebuah rahmah. "Ini merupakan hasil perwujudan di mana kita disatukan dengan Pancasila, saya kira luar biasa Masya Allah," ujarnya.

Untuk itu, Kiai Zubaidi menyerukan agar nilai nilai Pancasila dapat diilhami dan implementasikan, tidak hanya menjadi jargon belaka. Hari Lahir Pancasila ini dapat menjadi momentum untuk mengingat perjuangan leluhur bangsa untuk mempersatukan Indonesia.

adminmui

adminmui

Berita Terbaru

Fatwa MUI

Info Halal